Wednesday, February 19, 2020

Ramai-Ramai Menghakimi Mario Teguh



Tanggal 7 September 2016 lalu, seorang pemuda misterius berusia sekitar 30-an tahun diundang di acara Hitam Putih. Dengan kacamata berbingkai tebal yang menggantung di hidungnya, orang-orang mungkin akan berpikir pemuda itu adalah sosok inspiratif yang akan berbagi cerita motivasi tentang kehidupannya—bagaimana ia melalui pahit getirnya hidup sebelum akhirnya menuai gemilang kesuksesan. Persis seperti halnya tamu-tamu lain yang biasa diundang di acara Hitam Putih.

Tak dinyana, pemuda tersebut membuat gempar para penonton dengan pengakuan kontroversialnya, “Saya anak Mario Teguh...” 

“(Mario Teguh) yang botak kepalanya?” tanya Deddy Corbuzier (nama presenter acaranya).

Ya...tapi nggak sebotak Mas Deddy. Iya Benar,” jawab pemuda itu setengah bercanda.

Berarti Anda anak Mario Teguh?” tanya Deddy lagi.

Ya benar, saya anak Mario Teguh. Sumpah, demi apapun saya siap,” tegas pemuda itu.

Anda tidak diakui oleh dia?” Deddy bertanya penuh selidik.

Kelihatannya begitu,” jawab pemuda itu.

Deg! Jawaban pemuda bernama Ario Kiswinar itu membuat para penonton terkejut. Untuk meyakinkan penonton, ia menunjukkan foto-foto masa kecil bersama Mario Teguh, akta kelahiran, kartu keluarga dan salinan akta nikah orang tuanya. Menit-menit selanjutnya, Ario membeberkan banyak fakta dan pengakuan-pengakuan lain yang tidak kalah kontroversial tentang hubungan dirinya, keluarganya, dan Mario Teguh.

Selain tidak mengakuinya sebagai anak, Ario juga mengungkapkan bagaimana “jahatnya” Mario Teguh karena tidak sudi memberinya nafkah sebagai ayah kandung. Ario juga menambahkan dirinya pernah ditelantarkan Mario Teguh saat meminta bantuan biaya kuliah yang mirisnya tidak dipenuhi oleh Mario Teguh.

Pengakuan Ario Kiswinar di acara Hitam Putih itu berbuntut panjang. Pihak Mario Teguh tidak terima dengan pernyataan sepihak Ario dan cerita pengakuannya. Penanggung jawab acara Hitam Putih juga turut disalahkan karena telah menyiarkan tayangan langsung (live) tanpa persetujuan pihak ketiga yang tercatut di dalamnya (Mario Teguh). Kasus ini pun dibawa ke ranah meja hijau. Dan seperti biasa, media massa kita ramai-ramai meliput kasus ini seperti sekawanan burung nazar yang mengerumuni onggokan “bangkai”.

Melihat jalannya kasus ini, tidak heran jika publik terkejut. Selama ini, publik mengenal Mario Teguh sebagai sosok motivator yang tidak pernah terkena gosip macam-macam. Publik (terutama yang rutin mengikuti fans page MarioTeguh) tentu tahu kalau Mario Teguh hanya memiliki seorang istri bernama Ibu Lina serta dua orang anak, Audrey dan Marco. Jika dilihat dari timeline-nya, Mario Teguh senantiasa mencitrakan kehidupan keluarganya yang serba bahagia, sarat pembelajaran dan bisa menjadi teladan bagi keluarga lain yang ingin hidup damai.

Sementara di layar kaca, Mario Teguh sudah lebih dari satu dekade membawakan acara bertajuk “Golden Ways”—sebuah acara talkshow yang sarat motivasi, kata-kata mutiara, dan pesan nasihat bagi para pemirsanya. Dengan segala reputasi positifnya, pengakuan Ario Kiswinar di acara Hitam Putih tadi seakan telah menjungkalkan arus opini publik tentang sosok Mario Teguh.

Saat isu-isu miring semakin kencang beredar, Mario Teguh diwawancarai secara eksklusif oleh KompasTV. Kesempatan wawancara itu pun dimanfaatkan Mario Teguh untuk meluruskan isu-isu miring yang beredar. Dalam wawancara tersebut, Mario Teguh mengakui bahwa Ario Kiswinar memang anak sahnya berdasarkan akta kelahiran—hasil pernikahannya dengan Bu Ariyani, istri Mario Teguh sebelumnya.

Mario Teguh mengkonfirmasi adanya masalah pelik di dalam keluarganya dulu, di mana Mario Teguh mencemburui seorang lelaki yang dianggap telah berselingkuh dengan istrinya. Mario Teguh hanya menyebut lelaki itu dengan samaran “Mr. X”—mengingat status Mr.X sebagai seorang yang terpandang dan cukup berkuasa pada masa itu. Begitu Ario Kiswinar lahir, terdapat banyak purbasangka soal status anak laki-laki tersebut—apakah ia adalah anak kandung Mario Teguh atau bukan. Masalah tersebut menyebabkan hancurnya bangunan kepercayaan dalam biduk rumah tangga Mario Teguh. Ia dan istrinya pun bercerai. 

Mario Teguh juga menuturkan, ketika Ario berusia 17 tahun, ia pernah meminta Ario untuk melakukan tes DNA. Akan tetapi, permintaan Mario Teguh itu ditolak mantan istrinya. Sehingga status Ario Kisiwnar pun dibiarkan tetap abu-abu. Tidak jelas, apakah dia anak kandung Mario Teguh atau bukan.

Bertahun-tahun kemudian, Ario Kiswinar yang telah beranjak dewasa, mendadak muncul di televisi dan membuat pengakuan mengejutkan. Sayangnya, sebagian besar isi pengakuan Ario bertolak belakang dengan pernyataan Mario Teguh yang disiarkan KompasTV sebelumnya. Publik pun terbelah menjadi pihak pro dan kontra dalam menilai kasus ini.

Pihak yang pro menilai Mario Teguh sedang difitnah dan “dibunuh” karakternya oleh seseorang yang mendaku sebagai anaknya. Pihak yang kontra menilai Mario Teguh sudah melakukan “kejahatan” dengan tidak mengakui Ario Kiswinar sebagai anak kandungnya. Di sisi lain, kuasa hukum Mario Teguh dan Ario Kiswinar saling melempar opini yang memperkeruh situasi demi memenangkan kliennya masing-masing.

Demi mengakhiri perdebatan yang terjadi, Mario Teguh dan Ario Kiswinar sepakat untuk melakukan tes DNA. Tes DNA adalah salah satu sarana untuk mengetahui kecocokan genealogis yang bisa menunjukkan hubungan orangtua dan anak kandung. Dari hasil tes DNA tersebut, Ario Kiswinar terbukti sahih sebagai anak kandung Mario Teguh.

Pihak Ario Kiswinar pun segera menuntut Mario Teguh dengan tuduhan pencemaran nama baik dan meminta Mario Teguh untuk membuat permohonan maaf langsung kepada publik. Menurut pihak Ario, Mario Teguh dinilai bersalah karena tidak mengakuinya sebagai anak dan mencemarkan nama baik ibunya (istri Mario Teguh sebelumnya) yang dituduh berselingkuh dengan sosok Mr. X.

Hasil tes DNA tersebut juga membuat publik kian meyakini Mario Teguh adalah pihak yang bersalah. Publik pun mendesak Mario Teguh agar segera membuat pernyataan dan menyelesaikan segala tuduhan yang ada. Kuasa hukum Mario Teguh dan Ario Kiswinar masih terus melempar opini pada media. Namun, entah kenapa kasus ini dibiarkan berlarut-larut di kepolisian. Lebih dari setahun kasus ini diurus, tapi tidak pernah ada kejelasan baik dari pihak Mario Teguh maupun Ario Kiswinar tentang ke mana kasus ini bermuara. Per Agustus 2017, polisi pun menutup kasus ini karena tidak adanya cukup bukti.

*   * *

Secara pribadi, kasus ini mengusik saya karena banyaknya plothole dan adanya penggiringan opini yang mendiskreditkan Mario Teguh. Sebelum tes DNA itu dilakukan, Mario Teguh menyatakan bahwa Ario Kiswinar adalah anak kandungnya berdasarkan akta kelahiran. Tidak ada pernyataan Mario teguh yang berisi sangkalan terhadap status Ario Kiswinar.

Ketika Mario Teguh menjelaskan tentang masalah rumah tangganya dan membawa-bawa sosok Mr. X., hal itu bisa dipahami sebagai upaya untuk memperjelas situasi yang sebenarnya terjadi berdasarkan perspektifnya. Bukan untuk menyudutkan Ario Kiswinar atau mencemarkan nama baik Bu Aryani sebagai istri Mario Teguh sebelumnya (walau kebenarannya hanya Mario Teguh yang tahu). Mario Teguh juga sudah aktif mengklarifikasi segala bentuk isu-isu miring yang beredar melalui fanspage-nya.

Tapi setelah tes DNA keluar, entah bagaimana pemberitaan media berbelok tajam. Mario Teguh mendadak dipersepsikan sebagai pihak yang “jahat” karena tidak mengakui anak kandung dan mencemarkan nama baik mantan istrinya. Publik yang tadinya berada di pihak pro, berubah halauan menjadi pihak yang kontra, lalu ramai-ramai nyinyir dan menghujat Mario Teguh.

Pemberitaan media memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Apalagi dalam dunia infotainment di mana gosip yang menimpa public figure ternama adalah “ladang bisnis” yang menggiurkan. Dan kita (masyarakat), sebagai konsumen media merasa baik-baik saja menelan mentah-mentah semua pemberitaan media betapapun isi berita tidak cover both side. 

Di era digital seperti sekarang, arus informasi beredar tanpa batas. Tidak ada lagi sekat bagi pertukaran informasi antarindividu maupun antarnegara. Hadirnya internet mempermudah kita untuk mengakses informasi yang kita butuhkan, baik informasi yang positif maupun negatif, baik informasi yang valid maupun yang hoaks.

Dalam hal ini, mau tak mau, kitalah yang harus cerdas dalam memilah informasi karena kitalah konsumen informasi tersebut. Jika kita mudah mempercayai sebuah informasi tanpa menyaring dan mengklarifikasinya, maka kita akan mudah terombang-ambing dalam lautan informasi yang malah membingungkan. Kita akan semakin jauh menemukan kebenaran alih-alih sering merasa paling benar.

Ketika diri ini merasa paling benar, merasa paling banyak memiliki informasi, maka yang terjadi selanjutnya hanya perdebatan-perdebatan sia-sia yang tidak jelas juntrung manfaatnya—apakah yang diperdebatkan ini penting atau tidak.

Persis seperti kasus Mario Teguh dan Ario Kiswinar tadi. Dalam perspektif saya, kejelasan kasus mereka berada di ranah abu-abu. Hanya mereka sendirilah yang paling tahu fakta yang sebenarnya. Hanya Mario Teguh dan Ario Kiswinarlah yang paling tahu tentang duduk perkara yang sebenarnya. Titik! 

Dan karena kasus ini menyangkut masalah keluarga, maka semestinya kasus Mario Teguh dan Ario Kiswinar harus dibicarakan di lingkaran internal keluarga besar mereka sendiri. Tidak perlu sampai dicuatkan ke ranah publik hingga memicu kegaduhan perdebatan yang tidak ada habis-habisnya.

Lagipula, apa sih manfaatnya kalau kita tahu Mario Teguh pernah punya anak dari pernikahannys sebelumnya? Seberapa penting kita tahu aib-aib Mario Teguh? Apakah kita sudah sedemikian muak dengan kata-kata bijak Mario Teguh? Apakah kita terlalu iri melihat kesuksesannya sebagai motivator? Apakah kita sebal melihat sosok Mario Teguh yang mungkin di mata kita terlihat “sok suci”?

Saya tidak sedang memihak Mario Teguh maupun Ario Kiswinar. Sejak awal kasus ini bergulir, tidak pernah ada kejelasan mana yang fakta dan mana yang opini media. Sekali lagi, dalam kasus ini, hanya Mario Teguh dan Ario Kiswinarlah yang paling tahu. Saya hanya sedang menegaskan pentingnya kita menjadi konsumen media yang cerdas. Jangan mudah tergiring opini media betapapun banyaknya media yang mengatakan hal serupa. Selalu klarifikasi segala informasi yang kita peroleh baik dari media massa, internet, atau siapapun.

Karena pada dasarnya segala kasus, peristiwa, atau fenomena yang terjadi di masyarakat dapat dilihat dan dinilai dari berbagai sudut pandang. Terkadang nilai kebenaran suatu hal bisa jadi sangat subjektif—tergantung dari sudut pandang mana yang diambil. Alangkah bijaknya jika sebelum menilai kebenaran informasi, terlebih dahulu kita tanyakan aspek kebermanfaatan informasi itu. Lucu sekali jika kita ramai berdebat hanya karena merasa benar pada suatu hal, sementara apa yang kita debatkan itu sama sekali tidak memberi manfaat bagi diri kita maupun orang lain.

Beruntungnya kita karena Tuhan hanya memberi kita satu mulut agar kita belajar untuk tidak banyak ngoceh dan berdebat. Alih-alih Tuhan memberi kita dua telinga agar kita lebih banyak mendengar dan berpikir dulu sebelum berbicara.[]




February 19, 2020Benny Prastawa