Friday, November 1, 2019

Time(care)less



Hakikat Waktu
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk fana yang keberadaannya ditentukan oleh dimensi ruang dan waktu. Berbicara soal waktu, tentu saja berbicara soal roda kehidupan itu sendiri. Karena itu, mengingat dan merenungi hakikat waktu adalah kunci memaknai kehidupan ini.

Hidup manusia bergantung pada penggunaan waktunya. Kehidupan manusia berawal dari waktu nol (t = 0) dan akan terus berputar hingga berakhir pada saat kematian menjelang. Jadi, waktu hidup kita dijatah oleh Yang Memiliki Waktu. Tidak ada seorang pun yang bisa lolos ketika waktunya tiba.

Manusia tidak bisa menghentikan waktu. Kita tidak bisa membuat satu jam berlalu lebih cepat dibanding semenit. Bahkan kira tidak bisa mengembalikan waktu sedetik yang baru saja berlalu. Akan tetapi, semesta mengizinkan kita untuk memanfaatkan waktu yang ada, baik untuk hal-hal yang berguna maupun yang sia-sia.

Seperti halnya udara, tanah, dan air, waktu memiliki entitasnya sendiri. Jika manusia dan tetumbuhan membutuhkan oksigen untuk hidup, waktu tidak membutuhkan zat penopang lain untuk eksis. Dalam kondisi apapun, waktu akan terus berputar, bergerak, berderak, menghisap setiap peradaban dan dimensi zaman yang dibangun manusia.

Waktu menelan peradaban Mesir kuno, menenggelamkan Firaun dan kaum Nuh, menyebarkan Islam hingga berjaya berabad-abad, membawa Eropa pada renaissance, menciptakan mesin terbang, menemukan gelombang radio dan telepon, membantai jutaan Yahudi di hollocaust tragedy, meluluh-lantakkan Hiroshima-Nagasaki, membawa Neil Armstrong ke bulan, memulai revolusi industri, menghadirkan komputer, dan menciptakan internet dalam dinamika peradaban modern yang terus berpacu dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence).

Itulah kehebatan waktu yang selalu bergerak maju tanpa bisa dihentikan oleh apapun. Waktu selalu membawa efek perubahan sosial budaya dalam masyarakat, baik melalui penemuan, peperangan, alih fungsi lahan, teknologi, perpindahan kekuasaan, maupun bencana alam.


Waktu dan Kualitas Diri
Jika kalian ingin tahu kualitas diri seseorang, lihatlah dari bagaimana caranya memanfaatkan waktu.

Seorang yang rajin selalu berkata, "Waktu yang tepat untuk bertindak adalah SEKARANG." Dimensi waktu bagi mereka adalah saat ini. Tidak ada istilah MENUNDA bagi orang-orang rajin. Setiap tugas dan pekerjaan yang datang akan segera diselesaikannya. Tidak ada kata nanti, untuk apa-apa yang bisa diselesaikan saat ini.

Sementara seorang yang malas selalu berkata, "Ah...itu gampang, bisa diurus NANTI." Dimensi waktu bagi mereka adalah nanti. Tidak ada ukuran waktu yang jelas untuk memaknai kata nanti. Bisa jadi segera, bisa jadi lama. Para pemalas selalu lekat dengan aktivitas MENUNDA PEKERJAAN. Setiap tugas dan pekerjaan yang datang tidak selalu langsung dikerjakan, alih-alih disepelekan, dibiarkan menumpuk hingga membuat mereka kelimpungan sendiri merampungkanya esok hari.

Tinggal jalan mana yang akan kita pilih. Apakah jalan orang rajin atau jalan orang pemalas. Yang jelas, waktu tidak akan pernah berkompromi pada siapapun. Waktu akam terus bergulir, tak peduli jika semua manusia memintanya berhenti. Tidak ada sedetik pun waktu yang bisa kita kembalikan.

Ada satu jenis waktu yang sering membuat kita lalai karena eksistensinya yang begitu samar dan halus, yakni waktu LUANG. Ketika semua pekerjaan sudah diselesaikan, beban-beban kewajiban sudah berguguran, akan tiba saatnya waktu luang.

Waktu luang adalah jebakan waktu yang membelit kita seperti hutang rentenir. Semakin banyak waktu luang yang kita miliki, semakin banyak tagihan yang harus kita bayarkan di masa depan.


Waktu Luang Masa Muda
Masa muda adalah masa di mana kita memiliki begitu banyak waktu luang. Ketika tanggung jawab mencari nafkah belum hadir, ketika rutinitas kantor belum membelit, dan selama kewajiban mengurus anak-suami/istri belum tiba, maka ada banyak waktu luang yang bisa dimanfaatkan.

Sayangnya, masa muda adalah masa yang melenakan. Ketika fisik, stamina, dan kreativitas sedang bagus-bagusnya, banyak anak muda yang memilih menghabiskan masa mudanya untuk kesenangan sesaat tanpa makna, seperti nongkrong, pacaran, main game, ngobrol/chat, dan travelling suka-suka.

Semua itu dilakukan hanya demi menyenangkan keinginan indrawi semata dengan motivasi "umur panjang", karena bagi anak muda, kemudaannya adalah anugerah melenakan yang mendorong mereka untuk tidak mengkhawatirkan batas usia dan menganggap dirinya "immortal".

Saat masa muda yang memuat banyak sekali waktu luang itu tidak dimanfaatkan, maka sangat mungkin kehidupan mereka akan lebih sulit di masa depan.

Pengecualian ada jika kita bisa memanfaatkan waktu luang untuk berkegiatan positif. Waktu luang bisa diubah menjadi keuntungan jika kita "menghidupkan" waktu melalui kegiatan-kegiatan positif nan bermanfaat. Bukan malah menyibukkan diri dalam kubangan aktivitas nihil manfaat dengan dalih "membunuh waktu".

Karena waktu memang tidak bisa dibunuh. Tugas kita hanya melanjutkan segmen kehidupan di dunia ini dengan sebaik-baiknya, dengan jatah waktu yang kita miliki.[]

#backDate
November 01, 2019Benny Prastawa