Friday, October 1, 2021

Ogah Basa-Basi Pekerjaan Orang Lain


Bagi saya pribadi, basa-basi seputar pekerjaan adalah hal yang tabu. Entah basa-basi itu ditujukan pada saudara, tetangga, teman lama, atau siapapun. Basa-basi seperti 'kerja di mana' memang terdengar biasa. Tapi pertanyaan semacam itu bisa jadi rumit bagi si penjawab.


Kenapa?


Karena pekerjaan adalah urusan privat yang berkaitan langsung dengan status sosial seseorang di masyarakat.


Tidak semua orang memiliki pekerjaan yang menyenangkan. Tidak semua orang memiliki pekerjaan yang prestise-nya membanggakan dan bisa mendongkrak status sosialnya. Tidak semua orang mau urusan pekerjaannya diketahui orang lain. Bahkan tidak sedikit pula orang yang tidak memiliki pekerjaan sama sekali.


Jika orang yang ditanya punya jenis pekerjaan yang jelas, tidak akan ada masalah. Tapi bagaimana jika pekerjaan orang itu terdengar 'rendahan' atau 'menyedihkan'? Bagaimana pula jika yang ditanya malah sedang nganggur, baru saja dipecat, atau malah pekerjaannya berkaitan dengan sindikat kriminal yang tengah diburu polisi?


Pernahkah kita memikirkan hal itu sebelum berbasa-basi menanyakan pekerjaan orang lain?


Sebagian orang mungkin memilih untuk membual saja ketika ditanya tentang pekerjaannya.. Kalau perlu, mereka bisa melebih-lebihkan pekerjaannya agar tampak keren, terpandang, makmur, dan terhindar dari ejek-cela orang lain. Dan hal itu sah-sah saja dilakukan, karena itu hak mereka sebagai penjawab.


Lagipula, tidak ada manfaat konkrit yang bisa kita peroleh jika kita tahu pekerjaan orang lain. Paling banter kita cuma membatin, 'Oh, si anu kerja di situ, si anu kerjaannya itu, gajinya mungkin segini segitu...'


Mengetahui pekerjaan orang lain malah lebih bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu, seperti para petugas Dinas Sosial yang sedang mensurvey penerima bantuan sosial, atau bankir yang tengah pusing mempertimbangkan pengajuan kredit nasabahnya agar tidak macet.


Salah-salah, kita malah terjebak pada rasa iri jika terlalu banyak tahu pekerjaan orang lain. Salah-salah kita malah merasa rendah diri setelah tahu pekerjaan orang lain lebih mapan dan menjanjikan kemakmuran finansial. Salah-salah kita malah terlalu sibuk mendengki dan mencemburui pencapaian orang lain, hingga lupa untuk mensyukuri apa-apa yang sudah dimiliki.


Mari tanyakan pada diri sendiri, untuk apa kita berbasa-basi menanyakan pekerjaan orang lain? Apakah sekadar untuk membuka topik obrolan? Sekedar basa-basi ingin tahu? Atau apa?


Kalau boleh berpendapat, hanya ada dua kemungkinan untuk orang-orang yang gemar sekali* berbasa-basi menanyakan pekerjaan orang lain.


Yang pertama, orang kaya tukang pamer yang sedang mencari perbandingan kemakmuran dan kesuksesan finansial orang lain. Yang kedua, orang menyedihkan yang tidak bahagia dengan pekerjaannya sendiri lalu sibuk mencari orang-orang yang lebih menderita hidupnya dibandingkan dirinya.[]


-backdate-



*saya katakan 'gemar sekali' untuk merujuk pada orang-orang yang kepo-nya keterlaluan terhadap pekerjaan orang lain. Orang-orang yang menanyakan pekerjaan orang lain dengan tujuan yang spesifik tidak termasuk (tujuan dar pertanyaannya tidak didorong oleh rasa kepo, niat pamer/menyindir, atau mengasihani diri)

October 01, 2021Benny Prastawa