Thursday, August 1, 2019

Ngomong-Ngomong tentang Sir Ian McKellen


Salah satu aktor favorit saya adalah Sir Ian McKellen. Entah daya magis apa yang dimilikinya, tapi setiap peran yang dimainkannya selalu ikonik. Contohnya perannya sebagai Gandalf di film The Lord of The Ring, sebagai Magneto di film-film X-Men, dan sebagai Leigh Teabing dalam The Da Vinci Code. 

Bagi saya, Ian McKellen memiliki kecakapan akting yang terlalu mumpuni sebagai aktor kawakan. Jika kalian cermat, Ian McKellen selalu menampilkan detil-detil kecil yang menguatkan ekspresinya saat berakting. Ia bisa memanipulasi gerakan otot wajahnya, bentuk bibirnya, pandangan mata, sampai naik turunnya alis sesempurna mungkin sehingga penampilannya selalu meyakinkan. Itu sebabnya, tidak heran jika peran-peran yang dimainkan Ian McKellen selalu ikonik.

Ketika kita membicarakan Gandalf, maka Gandalf yang diingat adalah Gandalf-nya Ian McKellen. Saat kita membahas Magneto, maka yang terlintas adalah Magneto-nya Ian McKellen. Saking terbiusnya dengan akting aktor Inggris ini, saya bahkan selalu berpikir bahwa sosok Dumbledore di Harry Potter adalah Ian McKellen juga.

Disadari atau tidak, salah satu kunci sukses film-film superhero Marvel adalah karakterisasi tokoh-tokohnya yang sangat kuat. Setiap aktor dan aktris yang memerankan tokoh superhero Marvel selalu menghayati perannya dengan baik sehingga keberadaan mereka menjadi ikonik dan nyaris mustahil digantikan (jika bukan karena sakit atau meninggal).

Yang bisa menjadi Ironman, ya cuma Robert Downey Jr. Yang bisa menjadi Captain America, ya cuma Chris Evans. Yang bisa menjadi Hawkeye, ya cuma Jeremy Renner. Bagi sutradara film, ia tidak bisa begitu saja mengganti sosok yang sudah kadung melekat dengan perannya, seperti menunjuk Tom Cruise untuk memerankan Captain America, misalnya. Betapapun Tom Cruise tidak kalah tampan dari Chris Evans, sosok Captain America sudah kadung melekat dan ikonik ketika diperankan Chris Evans. Penonton akan merasa aneh, jika Captain America diperankan Tom Cruise yang notabene lebih dikenal dengan perannya sebagai Ethan Hunt di film-film Mission Impossible.

Terlepas dari hal itu, secara subjektif, saya selalu menikmati akting Sir Ian McKellen dibanding para aktor lainnya. Meski sama-sama ikonik, ada perbedaan kecakapan level akting yang menjadi pembeda antara Ian McKellen dengan para aktor lainnya. Ada detil-detil kecil, entah apa itu, yang membuat peran Ian McKellen di film-filmnya lebih meyakinkan, berkharisma, tapi tetap enak ditonton berulang-ulang tanpa mengeluh bosan.

Jika melihat latar belakangnya, wajar saja jika Sir Ian McKellen menjadi salah satu aktor pilih tanding. Ia sudah lama bergelut di dunia sastra, teater, dan akting. Sebelum berusia 9 tahun, sudah belajar teater di Bolton Little Theater. Ketika kuliah di St. Chatarine's College Cambridge, ia terus mengasah kemampuan aktingnya dengan tampil dalam pertunjukan-pertunjukan opera bersama Marlowe Society. McKellen muda pernah mementaskan 23 peran dalam rentang 3 tahun. Tahun 1970-1980an, Ian McKellen rutin mengisi pertunjukan teater prestisius di Royal Shakespeare Company dan Royal National Theatre. Tawaran untuk bermain film pun segera berdatangan melihat kemampuan aktingnya. Mulai dari The Promise (1969), Priest of Love (1981), dan The Keep (1983).

Bisa dipahami kenapa Ian McKellen bisa menyajikan kualitas akting yang mumpuni sampai memperhatikan detil-detil terkecilnya. Dan pengalamannya pun berbicara. Dengan jam terbang yang tinggi, dipadu pengetahuan seputar dunia akting yang mendalam, tidak berlebihan rasanya jika kita menyebut Sir Ian McKellen sebagai salah satu aktor terbaik yang pernah dimiliki Hollywood.[]
August 01, 2019Benny Prastawa