Saturday, July 1, 2017

Pelajaran dari Mobil Ambulans


“Kenapa tulisan ‘AMBULANCE’ di mobil ambulans ditulis terbalik? Karena kalau mobilnya yang dibalik, kasihan sopirnya dong.”

Saya membaca lelucon itu ketika masih duduk di bangku SD. Entah kenapa, sampai beranjak dewasa, saya masih mengingat lelucon itu. Tidak hanya mengingat, tapi sampai memikirkannya. Saat itu, internet belum ada. Jadi saya tidak bisa langsung mencari jawaban kenapa tulisan ambulans ditulis terbalik?

Saya baru menemukan jawaban lelucon itu ketika saya mengenal kaca spion dan menjadi pengendara motor aktif. Tentu saja, sejak awal saya percaya jika alasan membalik tulisan ambulans bukan untuk ngelawak atau sekedar gaya-gayaan. Jelas ada sesuatu yang penting di balik kesengajaan tersebut.

Ceritanya, suatu hari saya sedang mengendarai motor. Saat itu, sebuah mobil ambulans melaju kencang di belakang saya. Suara sirinenya meraung-raung memekakkan telinga. Saking bisingnya suara sirine seakan-akan mengatakan: “Minggir...minggir...ada orang sekarat woy...! Kasih jalan semuanya...minggir....!!!” Demi mendengar sirine itu, saya pun patuh dan memberi ruang jalan bagi ambulans itu.

Sebelum mobil ambulans itu menyalip, saya sempat melirik kaca spion motor. Mobil ambulans itu tampak melaju kencang. Dari kaca spion, saya bisa membaca tulisan “AMBULANCE” di bodi mobil ambulans dengan posisi tulisan normal (tidak terbalik).

“Ooh...jadi begitu,” pikir saya. Sejak saat itu, saya pun tahu mengapa tulisan AMBULANCE ditulis terbalik.

*   *   *

Terbaliknya tulisan “AMBULANCE” boleh jadi hanya segelintir hal sepele yang bisa memberi manfaat bagi keselamatan para pengguna jalan. Seringnya mobil ambulans menyelip kendaraan lain membuat mobil itu harus didesain sedemikian rupa agar mudah dalam menjalankan fungsinya. Karenanya, tampilan luar mobil ambulans dicat putih agar terlihat mencolok. Suara sirine yang memekakkan telinga berfungsi sebagai sinyal agar pengendara lain meminggirkan kendaraannya. Dan tulisan “AMBULANCE” sengaja ditulis terbalik agar keberadaan mobil ambulans terlihat dari kaca spion pengendara di depannya. Semua atribut itu memudahkan pengendara lain untuk mengetahui kedatangan mobil ambulans—dengan harapan agar si pengendara mau menepi dan memberi jalan pada mobil ambulans.

Itu tadi baru mobil ambulans. Di luar sana, ada banyak hal-hal sepele yang sengaja dibuat demi keselamatan pengguna jalan maupun pengendara kendaraan bermotor, mulai dari zebra cross, garis marka, kaca spion, lampu sein, portal pembatas, rambu, sampai lampu merah. Benda-benda tersebut memang sengaja didesain sedemikian rupa untuk keselamatan para pengguna jalan. Sayangnya, tidak sedikit di antara kita yang lebih suka mengabaikan manfaat benda-benda itu. alih-alih kita malah melanggarnya hingga dampaknya seringkali malah merugikan.

Di bawah ini saya buat beberapa toplist barang sepele yang malah ‘berbahaya’ jika diotak-atik hingga mengabaikan fungsi asalnya.

1.Spion Kiri
Dengan alasan tren, jamak kita jumpai motor-motor tanpa spion kiri. Padahal, spion kiri juga memiliki fungsi yang sama pentingnya dengan spion kanan, terutama ketika kita ingin menyelip, memotong jalur, atau belok ke kiri. Tidak harena jika Pak Polisi sering merazia para pengendara motor yang spionnya ‘buntung’. Selain karena alasan estetika, alasan keamanan dan keselamatan berkendara seharusnya menumbuhkan kesadaran dan menjadikan hal tersebut sebagai prioritas. Karena itu, tanpa dirazia pun spion motor yang kita miliki seharusnya tetap lengkap di kanan dan di kiri.

Dalam hal spion kiri, kita perlu meneladani para engendara mobil. Sejauh ini, belum pernah saya menjumpai mobil yang spionnya ‘buntung’. Kalau pun ada, boleh jadi si pemilik mobil baru saja menjadi korban sindikat pencuri spion. Bagi pengendara mobil, spion kanan maupun kiri sama vitalnya karena mempermudah sopir dalam mengamati ruang gerak di sekitar mobil.

2.Knalpot
Fungsi dasarnya sih hanya untuk membuang gas sisa pembakaran mesin motor. Namun, dengan alasan tren, knalpot dimodifikasi hingga mampu mengeluarkan bising sekuat sirine ambulans. Saya tidak melarang berkembangnya industri knalpot. Tapi mbok ya knalpot yang suka mbleyer-mbleyer malam-malam itu ditertibkan. Apalagi jika knalpot dibuat bising hanya demi gaya-gayaan atau pamer. Kalau motor kalian Ducati, KLX, atau moge bersilinder ribuan cc masih mending, Tapi kalau motor kalian ‘cuma’ Astr*a Gr*nd, dan kalian membangga-banggakan knalpot bisingnya, jujur saja, itu sangat konyol.

3.Lampu Kuning
Lampu kuning untuk kendaraan bermotor sudah didesain sedemikian rupa agar tidak menyilaukan pengendara dari lawan arah. Warna kuning dipilih karena warna ini lebih redup dan tidak membuat mata mengalami ‘kebutaan sejenak’ akibat memandang objek yang silau. Hal ini berbeda dengan lampu putih. Lampu putih pada kendaraan bisa menyebabkan kebutaan sejenak saat pengendara dari lawan arah melihatnya. Dengan kata lain, mengubah warna lampu menjadi putih, atau memakai lampu neon justru bisa merugikan pengendara lain. Tidak jarang kecelakaan terjadi karena warna lampu kendaraan yang dimodifikasi.

4.Ban Standar
Idealnya, merampingkan ukuran ban dilakukan pada sepeda ontel (sepeda kayuh). Dalam koteks sepeda ontel, semakin ramping ukuran ban, semakin nyamanlah sepeda itu. Tapi, jika kita memasang ban ramping untuk motor, apalagi motor sport, saya mulai menyangsikan keselamatan pengendara motor itu. Memakai ban ramping untuk sepeda motor memang terlihat gaya. Tapi soal kestabilan dan kekokohan motor di jalanan yang tidak rata, kita pantas ragu. Tunggu saja sampai ban motor itu mencium lubang di jalan. Saya tidak yakin jari-jari roda itu bisa selamat.—termasuk nyawa pengendara motor ber-ban ramping itu.

5. Kap Penutup Lampu Belakang
Pernah membuntuti sepeda motor yang kap penutup lampunya tidak ada? Saya pernah mengalami itu, ketika motor yang saya kendarai persis di belakang motor tanpa kap lampu. Saat itu, saya dibuat kesal karena motor di depan saya tampak seolah-olah sedang bergerak ke arah saya. Tapi selang beberapa saat, motor saya tidak kunjung berpapasan dengan motor itu. Saya pun kesal setelah mengetahui motor di depan saya tidak memasang kap penutup lampu belakangnya. Kekesalan saya bisa berlipat jika kap penutup lampu sein-nya juga tidak ada. Hal itu sangat menjengkelkan karena membuat pengendara lain tidak bisa membedakan antara lampu belakang dengan lampu sein.

*   *   *

Lima hal yang saya sebutkan tadi hanya sekelumit hal-hal sepele yang sering disepelekan di jalan. Meski sepele, hal-hal tersebut bisa saja membuat orang lain jengkel, bahkan sampai mengancam keselamatan mereka.

Yah, dalam konteks tulisan ini, saya tidak akan menyuruh kalian meniru mobil ambulans untuk menulis merk kendaraan secara terbalik. Saya juga tidak melarang kalian mengutak-atik kendaraan kalian. Itu hak setiap orang. Hanya saja, perlu kita ingat bahwa jalan raya bukan milik emak kita. Pertimbangkan juga kenyamanan dan keselamatan orang lain setiap kali kalian ingin mengutak-atik kendaraan kalian.

Di sekitar kita, bertebaran benda-benda yang sudah didesain sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya masing-masing, entah bentuk, ukuran, suara, warna maupun daya tampungnya. Hal itu tidak (selalu) berarti modifikasi adalah tindakan ilegal. Belajar dari mobil ambulans, modifikasi yang dilakukan pada tulisan “AMBULANCE” secara langsung justru mendatangkan manfaat.


Tapi ada juga jenis modifikasi lain yang sifatnya untuk ‘gaya-gayaan’, sekedar untuk kesenangan pribadi hingga mengabaikan fungsi asli suatu barang. Jenis modifikasi seperti ini terkadang bisa membawa dampak negatif bagi orang lain—seperti lima modifikasi benda yang sudah saya tulis di atas. Jika memang serius ingin “bergaya”, bergayalah dengan aman. Kalau perlu, belajarlah bergaya dari para model. Pelajari cara mereka berlenggak-lenggok di atas catwalk—bukan berlenggak-lengok di jalanan yang malah membuat celaka banyak orang.[]
July 01, 2017Benny Prastawa