Tuesday, March 21, 2017

Gara-Gara The Beauty and The Beast


Sebenarnya, ini cerita lama. Dongeng klasik yang telah diceritakan turun-temurun, hingga keponakan kalian yang masih Balita bisa menebak endingnya. Cerita ini bermula dari seorang ‘kembang’ desa bernama Belle (baca "Bel"). Namanya juga kembang desa, Belle digambarkan sebagai perempuan cantik bertubuh sintal dengan berat badan proporsional. Tidak heran jika Emma Watson terpilih memerankan karakter si kembang desa. Meski sejujurnya, film ini jauh lebih mirip “Hermione Granger”-nya Harry Potter yang sedang kesasar di film Disney. 

Suasana desa tempat Belle berada sangat asri. Meski begitu, penduduk desa itu kurang terpelajar dan buta huruf. Pekerjaan sehari-hari masyarakat desa adalah bertani dan beternak. Tidak mengherankan jika adegan pertama film ini sangat cocok dengan sesi joget massal yang diiringi lagu “Anak Gembala” milik Tasya.

Belle tinggal bersama ayahnya—Pak Maunasi (atau "Maurice" dalam bahasa Inggris), seorang tukang jam “sia-sia” yang entah darimana ia mendapatkan uang. Dibilang sia-sia karena konyolnya, tidak ada seorang pun di film itu  yang terlihat memakai jam. Meski tinggal di sebuah desa kecil yang miskin dan serba terbelakang, Belle adalah seorang kutu buku (persis seperti Hermione di film Hary Potter). Ia sering menghabiskan waktunya untuk membaca buku-buku cerita di sebuah “PEPES” (perpustakaan desa) miskin yang koleksi bukunya kurang dari selusin.

Suatu hari datanglah seorang pemburu nan gagah bernama Gaspol (nama aslinya sih Gaston, tapi malah membuatku kebayang Julia Perez). Seperti namanya, Gaspol adalah seorang veteran perang suku yang banting profesi menjadi penjual gas. Kebetulan desa tempat Belle berada masih memakai kompor minyak. Belum ada satu pun warga yang memakai gas di desa itu. Karenanya, Gaspol mendapat tugas dari Dinas Sosial untuk mensosialisasikan penggunaan gas elpiji untuk keperluan dapur di desa Belle.

Sebelum berangkat, Gaspol memakai teropongnya untuk melihat-lihat suasana desa. Ia melihat suasana desa itu masih sangat asri meski asap dari kompor minyak mengepul di sana sini. Ketika ia memutar lensa teropongnya, "Oh!" mendadak Gaspol ngiler melihat Belle yang sedang menjemur daleman. Otak nakalnya bereaksi setelah melihat jemuran BH Belle yang berlabel “dobel XL”. Ia pun memutuskan untuk melamar Belle saat itu juga.

Sepanjang perjalanan, aroma bawang dari baju Gaspol membius gadis-gadis desa. Kegagahan Gaspol membuat para gadis desa itu kelojotan sambil menggelinjang, persis seperti jentik nyamuk di bak mandi. Setibanya di desa, Gaspol langsung mendatangi rumah Belle. Tanpa babibu, ia pun segera mengutarakan isi hatinya pada Belle.

“Bel, lu cantik banget sih! Gue mau kawin sama elu. Lu mau nggak kawin sama gue?” Gaspol ngomong sambil garuk-garuk kolor. Secara refleks, Belle pun mengeluarkan sepucuk tongkat hitam dari balik bajunya.

“AVADA KEDAVRA!”

Gaspol terpental jauh, hingga terperosok masuk ke kandang ayam. Belle beringsut masuk dan mengunci pintu rumahnya. “Dasar cowok mesum!” batin Belle

Alkisah setelah kejadian dengan Gaspol, Pak Maunasi (Ayah Belle) diceritakan tersesat di Hutan Terlarang. Badai salju turun dengan deras. Dari kejauhan, Pak Maunasi mendengar lolongan serigala. Bulu kuduknya pun meremang.

“Buset, sinetron GGS udah go international. Syutingnya sampai ke luar negeri,” gumam Pak Maunasi menenangkan diri. Belum sampai semenit, tiba-tiba, dari semak-semak, sekawanan serigala muncul. Sekawanan serigala itu berusaha mengejar kereta kuda yang dikendarai Pak Maunasi. Malang baginya, ikatan tali kudanya terlepas. Pak Maunasi pun terpelanting dari kereta kudanya. Bersamaan dengan itu, kawanan serigala sudah bersiap menerkam Pak Maunasi.

Sejurus kemudian, sesosok makhluk tinggi besar datang entah dari mana. Dari sela-sela bibirnya tampak sepasang taring meyeringai lengkap dengan tanduk yang menancap kokoh di kepalanya. Makhluk itu menghajar para serigala dengan membabi buta.

Selesai menghajar serigala, makhluk bertanduk itu kemudian mendatangi Pak Maunasi. Temaram sinar bulan membuat Pak Maunasi dapat melihat sosok itu dengan jelas. Tinggi, besar, bertanduk, berbulu lebat dengan muka mirip kambing. Pak Maunasi pun tergeletak tak sadarkan diri.

Di desa, Belle mulai mengkhawatirkan ayahnya yang belum pulang semalaman. Berkali-kali ia melongok beranda rumahnya, berharap ayahnya segera muncul dari balik pintu. Ketika ia kembali menengok beranda rumah, dilihatnya kuda ayahnya ketakutan sambil menenggak air banyak-banyak. Setelah cukup tenang, Belle meminta kuda itu untuk mengantarkannya ke tempat ayahnya.

Tak lama berselang, Belle berhenti di depan sebuah kastil. Kastil itu sangat tinggi, berwarna kehitam-hitaman—membuat Belle serasa kembali ke sekolah Hogwart. Begitu memasuki gerbangnya, Belle mendapati ayahnya sedang makan pagi.

“Pak, kamu ngapain di sini?” tanya Belle.

“Ah, Belle, ayok sini, makan-makan bareng Bapak. Yang punya kastil ini baik banget. Ini Bapak sampai dibikinin sarapan.

Alis Belle terangkat. Semalaman ia mengkhawatirkan bapaknya, eh, tahu-tahu si Bapak sudah duduk manis menikmati sarapan pagi. Belum selesai keheranannya, Bella dikejutkan dengan kedatangan pemilik kastil itu.

“WEDHUUUUUSSSSS.....!!!!” Bell berteriak histeris melihat wujud si pemilik kastil.

“Eh, tenang Neng. Kenalin, Gue Pangeran Kambing.”
Makhluk bertanduk itu mendekati Belle. Belle sedikit takut. Ia pun mengambil tongkat sihirnya untuk berjaga-jaga.

“Jangan deket-deket lu. Mau lu apain bokap gue?”

“Jangan salah paham, Belle. Justru Pangeran Kambing ini sudah nyelametin Bapak dari kawanan serigala. Semalam Bapak hampir jadi mangsa serigala. Untung Pangeran Kambing datang dan mengusir kawanan serigala itu.” Pak Maunasi menceritakan kejadian semalam.

“Betul itu. Maaf kalo penampilan gue nyeremin. Gue ini sebenernya Pangeran Tampan yang dikutuk gara-gara suka ngelike instagramnya Mimi Peri.”

“What??!!” Belle terbelalak.

“Sekarang gue tahu kesalahan gue. Gue udah insap. Gue tahu gue salah. Tapi itu dulu. Sekarang gue udah berubah kok. Gue cuma lagi nunggu orang yang tepat yang bakal mencintai gue apa adanya. Dengan begitu, kutukan gue bisa terlepas dan gue bisa balik lagi jadi Pangeran Tampan,” kata Pangeran Kambing sambil mengelus jenggot.

“Kamu dengar kan Belle. Bapak juga yakin dia pria baik-baik. Kamu bakalan cocok sama dia, Belle” Pak Maunasi kembali membujuk putrinya agar mau menikahi Pangeran Kambing.

“Aku masih waras Pak. Masak mau nikah sama Kambing? Kalo Belle nikahin dia, anak Belle nanti kayak apa? Jangan-jangan Belle beranak sapi, ato malah beranak tuyul!? Iihh....serem!”

BLAARRR....!!!

Pintu gerbang kastil itu pecah berkeping-keping. Dua sosok manusia tampak berjingkat memasuki kastil. Salah seorang dari dua sosok misterius itu berteriak lantang.

“Ah, rupanya lo di sini, Belle. Masih inget gue kan Belle? Gaspol ganteng nan keceh ini berdiri di sini menuntut keadilan cinta. Hahaha....” Gaspol terbahak-bahak sambil ngangkang berkacak pinggang. Agaknya, Gaspol masih menaruh dendam dengan penolakan Belle tempo hari.

Di sebelah Gaspol berdiri seorang dukun aliran hitam bernama Mbah Voldemort. Mbah Voldemort terkenal sebagai dukun paling sakti mandraguna di desanya. Sambil terkekeh, Mbah Voldemort mengusap-usap kepala botaknya. Baju hitamnya yang agak dekil berkibar-kibar tertiup angin, menyebarkan aroma dupa bercampur menyan yang khas.

“Seperti kata peribahasa, 'cinta ditolak dukun bertindak'. Dan kayak yang lo lihat, kali ini gue udah minta bantuan Mbah Voldermort buat ngerampungin urusan kita. Hahaha....” Gaspol mangap-mangap tertawa sambil menebar aroma jengkol ke segala penjuru. Belle dan Pak Maunasi sampai ingin muntah.

“Tidak usah buang waktu lagi. Mbah, singkirkan wanita jalang itu sekarang!” perintah Gaspol.
Sendiko dhawuh!” Mbah Voldemort merapal jampi-jampi gaib. Tubuhnya mulai melayang-layang. Dalam sekejap ia sudah menapak udara menuju tempat Belle berdiri.

Belum sempat menyentuh Belle, dengan sigap Pangeran Kambing menghadang Mbah Voldemort. “Nggak bakal gue biarin lo nyentuh Belle. Langkahin dulu mayat gue, Mbah!”

Pangeran Kambing dan Mbah Voldemort terlibat pertarungan sengit. Keduanya saling beradu mantra kutukan. Percikan-percikan mantra membuat ledakan yang menggetarkan kastil itu. Pertempuran keduanya tidak jauh beda dengan duel Goku vs Bejita di serial Dragon Ball. Sementara dua makhluk sakti itu berduel, Belle dan Bapaknya beringsut mencari tempat perlindungan di balik tembok. Sambil ngemil kacang dan makan pisang, Belle dan Bapaknya menonton duel Pangeran Kambing dan Mbah Voldemort.

Pangeran Kambing menyerang dengan membabi buta. Mbah Voldemort  kewalahan. Jurus andalan pun dilayangkan. Pangeran Kambing terpelanting jatuh terkena mantra Mbah Voldemort. Ia mulai terdesak. Mbah Voldemort  bersiap merapal mantra kutukan terakhir untuk menghabisi Pangeran Kambing. 

Sebuah bola api berpijar dari tongkat sihir Mbah Voldemort. Sambil komat-kamit Mbah Voldemort menembakkan bola api itu ke arah Pangeran Kambing. Dengan kekuatan terakhir, Pangeran Kambing berusaha menghindar. Diambilnya seonggok cermin yang ada di sebelahnya. Bola api itu memantul cermin dan berbalik mengenai Mbah Voldemort. Tubuh Mbah Voldemort terhampas dan tak bergerak lagi. Melihat jagoannya kalah, Gaspol yang sedari tadi berdiri di sudut kastil memilih lari pontang-panting, kabur.

Setelah dirasa aman, Belle segera berlari menghampiri Pangeran Kambing yang tergeletak. Tubuh Pangeran Kambing terluka di sana sini. Napasnya terengah-engah. Belle sempat berpikir memberinya napas buatan, tapi urung karena bau prengus Pangeran Kambing tak tertahankan lagi.

Belle merasa tidak akan bertemu Pangeran Kambing lagi. Belle mulai terisak. Air matanya memabasahi pelupuk matanya. “Mbing...jangan mati dulu dong. Gue nggak nyangka kalo lo bisa seberani ini. Gue terlalu menilai lo dari fisik semata. Sekarang gue sadar kalo cinta itu nggak melulu soal fisik. Lo udah nyadarin gue, Mbing.”

Pangeran Kambing hanya tersenyum mendengar kata-kata Belle. Tubuhnya tetap tidak bergerak. Belle pun mendekap tubuh Pangeran Kambing yang sekarat.
“Mbing...Nggak apa-apa kalo nanti gue kawin sama lo. Gue rela gue beranak sapi, kambing, atau unta sekalian. Yang penting gue dapet suami yang bisa ngelindungin gue, yang baik hati, dan gagah berani kayak lo. Gue cinta sama lo, Mbing...” suara Belle semakin parau, terisak.

CLING......

Seberkas sinar keemasan berpendar menyelimuti tubuh Pangeran Kambing yang tergolek lemas. Belle beringsut mundur, menatap bingung sekitarnya. Sinar keemasan itu semakin membesar dan menutupi seluruh tubuh Pangeran Kambing. Kemudian mengangkatnya melayang di langit-langit kastil.

Setelah sinar keemasan itu lenyap, Pangeran Kambing telah berubah menjadi sesosok Pangeran Tampan. Tanduk dan bulu lebatnya sudah hilang seperti baru di-Gillette. Belle hanya bisa ternganga melihat ketampanan Pangeran Kambing yang telah berubah wujud itu. Ternyata, ungkapan cinta yang tulus dari Belle telah berhasil melenyapkan kutukan Pangeran Kambing. Pangeran Kambing pun kembali ke wujud aslinya yang tampan dan gagah perkasa.

Akhirnya, Belle, Si Kembang Desa dan Si Kambing, eh, Sang Pangeran Tampan pun, menikah. Mereka pun hidup bahagia selama-lamanya. Dan film pun ditutup dengan lagu “Kemesraan”-nya Dewi Yul, diiring dengan joget India oleh para pemeran-pemeran film tersebut.

-TAMAT-
March 21, 2017Benny Prastawa