Wednesday, September 25, 2019

Tentang Tujuan Saya Membuat Blog Ini



Sejak awal tujuan saya ngeblog adalah untuk menjaga kadar kewarasan nalar saya. Memang ada masa-masa di mana saya terbesit untuk ngeblog demi popularitas, demi traffic, demi mengatrol jumlah pageviews, sampai berharap bisa lolos adsense. Tapi semua itu mentah. Dengan motivasi yang muluk-muluk seperti itu, saya malah mandeg, dan sulit sekali menelurkan artikel di blog.

Blog pertama yang saya garap serius adalah buah pelarian saya dari tekanan skripsi yang tak kunjung kelar. Lewat blog itu, saya tumpahkan semua uneg-uneg yang berjejalan di otak. Saya bebaskan jari saya mengetik apapun yang mengganjal benak, sambil terus menyemangati diri agar tidak menyerah menghadapi ujian hidup.

Saya menulis topik apapun, tentang sekolah, tentang masa kecil, tentang agama, tentang pilihan hidup, sampai masalah psikis gara-gara skripsi. Dengan cara itu, saya lebih mudah menelurkan tulisan, meski dengan tata bahasa yang lumayan semrawut. Blog pertama saya pun tidak jelas juntrungnya karena tidak membahas satu topik secara spesifik. Gado-gado, dan (harus diakui) kurang enak dibaca karena kualitas tulisan yang asal jadi, ecek-ecek, dan penuh typo di mana-mana.

Meski begitu, berkat blog tersebut saya berhasil mengurai sebagian beban psikis dan menangkal perasaan tertekan karena rasa cemas dan takut. Dalam hal ini, saya tidak main-main. Menulis adalah cara paling ampuh untuk mengurangi masalah psikis. Bahkan mendiang B.J. Habibie pun pernah menulis hanya untuk meredakan kesedihannya setelah istrinya meninggal dunia.

.   .   .

Jadi, konyol sekali jika ada yang berpikir saya ngeblog demi mencari teman baru apalagi sampai mencari kenalan perempuan. Demi Tuhan, saya sudah memiliki seorang putra dan satu-satunya yang saya pikirkan sekarang adalah apa yang akan saya wariskan padanya setelah saya meninggal nanti. Memikirkan itu saja saya sudah pusing, boro-boro menulis di blog hanya demi tujuan receh, seperti mencari kenalan perempuan.

Karena itu, seiring bertambahnya usia, saya harus sadar diri. Jatah hidup di dunia ini tidaklah lama, apalagi setelah dikurangi 8 jam per hari hanya untuk istirahat (tidur). Malang sekali jika ketika saya meninggal, putra saya hanya menghadiri upacara pemakaman, berkirim doa, tahlilan, lalu habis perkara. Malang sekali jika yang tersisa sepeninggal saya hanya kumpulan foto dan video keluarga yang boleh jadi hanya akan menambah duka ketika dibuka. Saya ingin orang tahu (terutama putra saya) tentang sejarah dan idealisme hidup yang ingin saya wujudkan dalam hidup ini.

Saya juga ingin putra saya memahami pemikiran saya, sedemikian hingga dia menyadari apa yang saya harapkan darinya dan bagaimana dia akan mandiri dalam menghadapi permasalahan hidupnya sendiri secara bijaksana.

Jasad saya boleh jadi sudah membusuk di tanah, tapi pemikiran saya bisa tetap dibaca oleh putra saya yang akan hidup di era serba digital. Karena saya bukan penulis yang bisa produktif menerbitkan buku, menulis di blog adalah cara termudah untuk mendokumentasikan ide tanpa khawatir ditolak editor. Dan karena tulisan tangan saya boleh jadi malas terbaca dan rentan rusak, menulis di blog adalah alternatif terbaik untuk menjaga tulisan saya tetap eksis selama Google tidak menutup blogger.com

Meski terdengar idealis, saya berharap catatan ini bisa mengklarifikasi segala bentuk prasangka dan fitnah tentang tujuan saya membuat blog.[]