Sejujurnya, sampai hari ini, saya masih bertanya-tanya,
apa manfaat “Status” di Whatsapp
Messenger (WA)? Foto atau video apapun yang diunggah di Status WA, semua
akan hilang setelah 24 jam. Tak peduli konten itu berupa foto bersama presiden,
momen penting pernikahan, atau video keren ke luar negeri, semuanya akan lenyap
setelah 24 jam.
Dengan kecepatan publikasi sesingkat itu, apa nilai guna signifikan dari sebuah Status WA?
Dulu, saat saya masih aktif memakai media sosial (seperti Facebook), pembaruan status bisa terdokumentasi dalam rentang waktu tak terbatas. Selama akun tidak terhapus, semua konten yang kita unggah akan tetap eksis di sana. Sistemnya mirip dengan Blogger. Bedanya, Blogger lebih fokus pada konten tekstual yang lebih informatif/naratif dan tidak berfokus pada pengembangan jejaring sosial/pertemanan.
Di Facebook atau blog, sistem pengarsipan konten memungkinkan kita melacak konteks kejadian atau momen apapun yang melatarbelakangi pembuatan konten. Dengan sistem seperti itu, kita bisa melihat “Status” sebagai ruang arsip yang dapat menjadi sarana pembelajaran dan kontemplasi ketika kita membukanya di masa depan.
Bagaimana dengan Status WA yang hilang setelah 24 jam? Apakah fitur ini dibuat sekedar untuk memamerkan momen penggunanya? Apakah fitur ini ditujukan untuk membuka topik percakapan dengan pengguna lainnya? Ataukah fitur ini berperan penting untuk menunjukkan eksistensi kita di dunia?
Entah—semuanya boleh jadi benar. Bagi saya pribadi, karena saya tidak melihat nilai guna signifikannya, saya jarang sekali membuat status. Kalaupun saya membuat status, target status saya selalu jelas dan tersegmentasi. Misalnya, saya membuat status WA untuk mengabarkan aktivitas saya bersama anak dan istri pada orangtua di rumah.
Dengan pendekatan tersegmentasi semacam ini, saya tidak pernah berlaku ‘brutal’ dengan mengunggah banyak status sekaligus. Selain tidak efektif, saya pribadi melihat hal itu sebagai pemborosan ruang publikasi. Kecuali, jika kalian adalah seorang influencer atau public figure, yang segala aktivitas dan unggahannya selalu disorot setiap menit.
Tentu saja tulisan ini hanya sekedar nguda rasa, dan tidak bermaksud ngrasani mereka yang sering memposting status banyak-banyak. Status WA adalah hak asasi setiap penggunanya. Selama konten yang dijadikan status tidak bertentangan dengan kebijakan Whatsapp, tidak ada aturan legal yang berhak melarangnya.
Meski begitu, bagaimanapun juga Status WA adalah ruang publik yang tidak
bebas dari ranah etik. Mempertimbangkan dengan bijak setiap unggahan, sangat
penting dilakukan agar tidak menjadi polemik. Status WA yang dibuat dengan
sadar dan bertanggung jawab tentu lebih aman dan terbendung dari kritik. Semua
itu adalah bentuk tanggung jawab kita dalam menciptakan ekosistem media sosial
yang lebih baik dan lebih mendidik.[]
-backdate-