“Kenapa tulisan ‘AMBULANCE’ di mobil ambulans ditulis terbalik? Karena kalau mobilnya yang dibalik, kasihan sopirnya dong.”
Saya
membaca lelucon itu ketika masih duduk di bangku SD. Entah kenapa, sampai
beranjak dewasa, saya masih mengingat lelucon itu. Tidak hanya mengingat, tapi
sampai memikirkannya. Saat itu, internet belum ada. Jadi saya tidak bisa
langsung mencari jawaban kenapa tulisan ambulans ditulis terbalik?
Saya baru
menemukan jawaban lelucon itu ketika saya mengenal kaca spion dan menjadi
pengendara motor aktif. Tentu saja, sejak awal saya percaya jika alasan
membalik tulisan ambulans bukan untuk ngelawak atau sekedar gaya-gayaan. Jelas
ada sesuatu yang penting di balik kesengajaan tersebut.
Ceritanya,
suatu hari saya sedang mengendarai motor. Saat itu, sebuah mobil ambulans
melaju kencang di belakang saya. Suara sirinenya meraung-raung memekakkan
telinga. Saking bisingnya suara sirine seakan-akan mengatakan: “Minggir...minggir...ada
orang sekarat woy...! Kasih jalan semuanya...minggir....!!!” Demi mendengar
sirine itu, saya pun patuh dan memberi ruang jalan bagi ambulans itu.
Sebelum
mobil ambulans itu menyalip, saya sempat melirik kaca spion motor. Mobil
ambulans itu tampak melaju kencang. Dari kaca spion, saya bisa membaca tulisan
“AMBULANCE” di bodi mobil ambulans dengan posisi tulisan normal (tidak
terbalik).
“Ooh...jadi
begitu,” pikir saya. Sejak saat itu, saya pun tahu mengapa tulisan AMBULANCE
ditulis terbalik.
* * *
Terbaliknya
tulisan “AMBULANCE” boleh jadi hanya segelintir hal sepele yang bisa memberi
manfaat bagi keselamatan para pengguna jalan. Seringnya mobil ambulans menyelip
kendaraan lain membuat mobil itu harus didesain sedemikian rupa agar mudah
dalam menjalankan fungsinya. Karenanya, tampilan luar mobil ambulans dicat
putih agar terlihat mencolok. Suara sirine yang memekakkan telinga berfungsi
sebagai sinyal agar pengendara lain meminggirkan kendaraannya. Dan tulisan
“AMBULANCE” sengaja ditulis terbalik agar keberadaan mobil ambulans terlihat
dari kaca spion pengendara di depannya. Semua atribut itu memudahkan pengendara
lain untuk mengetahui kedatangan mobil ambulans—dengan harapan agar si
pengendara mau menepi dan memberi jalan pada mobil ambulans.
Itu tadi
baru mobil ambulans. Di luar sana, ada banyak hal-hal sepele yang sengaja
dibuat demi keselamatan pengguna jalan maupun pengendara kendaraan bermotor,
mulai dari zebra cross, garis marka, kaca spion, lampu sein, portal pembatas,
rambu, sampai lampu merah. Benda-benda tersebut memang sengaja didesain
sedemikian rupa untuk keselamatan para pengguna jalan. Sayangnya, tidak sedikit
di antara kita yang lebih suka mengabaikan manfaat benda-benda itu. alih-alih
kita malah melanggarnya hingga dampaknya seringkali malah merugikan.
Di bawah
ini saya buat beberapa toplist barang sepele yang malah
‘berbahaya’ jika diotak-atik hingga mengabaikan fungsi asalnya.
1.Spion Kiri
Dengan
alasan tren, jamak kita jumpai motor-motor tanpa spion kiri. Padahal, spion
kiri juga memiliki fungsi yang sama pentingnya dengan spion kanan, terutama
ketika kita ingin menyelip, memotong jalur, atau belok ke kiri. Tidak harena
jika Pak Polisi sering merazia para pengendara motor yang spionnya ‘buntung’.
Selain karena alasan estetika, alasan keamanan dan keselamatan berkendara
seharusnya menumbuhkan kesadaran dan menjadikan hal tersebut sebagai prioritas.
Karena itu, tanpa dirazia pun spion motor yang kita miliki seharusnya tetap
lengkap di kanan dan di kiri.
Dalam hal
spion kiri, kita perlu meneladani para engendara mobil. Sejauh ini, belum
pernah saya menjumpai mobil yang spionnya ‘buntung’. Kalau pun ada, boleh jadi
si pemilik mobil baru saja menjadi korban sindikat pencuri spion. Bagi
pengendara mobil, spion kanan maupun kiri sama vitalnya karena mempermudah
sopir dalam mengamati ruang gerak di sekitar mobil.
2.Knalpot
Fungsi
dasarnya sih hanya untuk membuang gas sisa pembakaran mesin motor. Namun,
dengan alasan tren, knalpot dimodifikasi hingga mampu mengeluarkan bising
sekuat sirine ambulans. Saya tidak melarang berkembangnya industri knalpot.
Tapi mbok ya knalpot yang suka mbleyer-mbleyer malam-malam itu
ditertibkan. Apalagi jika knalpot dibuat bising hanya demi gaya-gayaan atau
pamer. Kalau motor kalian Ducati, KLX, atau moge bersilinder ribuan cc masih
mending, Tapi kalau motor kalian ‘cuma’ Astr*a Gr*nd, dan kalian
membangga-banggakan knalpot bisingnya, jujur saja, itu sangat konyol.
3.Lampu Kuning
Lampu
kuning untuk kendaraan bermotor sudah didesain sedemikian rupa agar tidak
menyilaukan pengendara dari lawan arah. Warna kuning dipilih karena warna ini
lebih redup dan tidak membuat mata mengalami ‘kebutaan sejenak’ akibat
memandang objek yang silau. Hal ini berbeda dengan lampu putih. Lampu putih
pada kendaraan bisa menyebabkan kebutaan sejenak saat pengendara dari lawan
arah melihatnya. Dengan kata lain, mengubah warna lampu menjadi putih, atau
memakai lampu neon justru bisa merugikan pengendara lain. Tidak jarang
kecelakaan terjadi karena warna lampu kendaraan yang dimodifikasi.
4.Ban Standar
Idealnya,
merampingkan ukuran ban dilakukan pada sepeda ontel (sepeda kayuh). Dalam
koteks sepeda ontel, semakin ramping ukuran ban, semakin nyamanlah sepeda itu.
Tapi, jika kita memasang ban ramping untuk motor, apalagi motor sport, saya
mulai menyangsikan keselamatan pengendara motor itu. Memakai ban ramping untuk
sepeda motor memang terlihat gaya. Tapi soal kestabilan dan kekokohan motor di
jalanan yang tidak rata, kita pantas ragu. Tunggu saja sampai ban motor itu
mencium lubang di jalan. Saya tidak yakin jari-jari roda itu bisa
selamat.—termasuk nyawa pengendara motor ber-ban ramping itu.
5. Kap Penutup Lampu Belakang
Pernah
membuntuti sepeda motor yang kap penutup lampunya tidak ada? Saya pernah
mengalami itu, ketika motor yang saya kendarai persis di belakang motor tanpa
kap lampu. Saat itu, saya dibuat kesal karena motor di depan saya tampak
seolah-olah sedang bergerak ke arah saya. Tapi selang beberapa saat, motor saya
tidak kunjung berpapasan dengan motor itu. Saya pun kesal setelah mengetahui
motor di depan saya tidak memasang kap penutup lampu belakangnya. Kekesalan
saya bisa berlipat jika kap penutup lampu sein-nya juga tidak ada. Hal itu
sangat menjengkelkan karena membuat pengendara lain tidak bisa membedakan
antara lampu belakang dengan lampu sein.
* * *
Lima hal
yang saya sebutkan tadi hanya sekelumit hal-hal sepele yang sering disepelekan
di jalan. Meski sepele, hal-hal tersebut bisa saja membuat orang lain jengkel,
bahkan sampai mengancam keselamatan mereka.
Yah,
dalam konteks tulisan ini, saya tidak akan menyuruh kalian meniru mobil
ambulans untuk menulis merk kendaraan secara terbalik. Saya juga tidak melarang
kalian mengutak-atik kendaraan kalian. Itu hak setiap orang. Hanya saja, perlu
kita ingat bahwa jalan raya bukan milik emak kita. Pertimbangkan
juga kenyamanan dan keselamatan orang lain setiap kali kalian ingin
mengutak-atik kendaraan kalian.
Di
sekitar kita, bertebaran benda-benda yang sudah didesain sedemikian rupa sesuai
dengan fungsinya masing-masing, entah bentuk, ukuran, suara, warna maupun daya
tampungnya. Hal itu tidak (selalu) berarti modifikasi adalah tindakan ilegal.
Belajar dari mobil ambulans, modifikasi yang dilakukan pada tulisan “AMBULANCE”
secara langsung justru mendatangkan manfaat.
Tapi ada
juga jenis modifikasi lain yang sifatnya untuk ‘gaya-gayaan’, sekedar untuk
kesenangan pribadi hingga mengabaikan fungsi asli suatu barang. Jenis modifikasi
seperti ini terkadang bisa membawa dampak negatif bagi orang lain—seperti lima
modifikasi benda yang sudah saya tulis di atas. Jika memang serius ingin
“bergaya”, bergayalah dengan aman. Kalau perlu, belajarlah bergaya dari para
model. Pelajari cara mereka berlenggak-lenggok di atas catwalk—bukan
berlenggak-lengok di jalanan yang malah membuat celaka banyak orang.[]